Kamis, 21 Agustus 2025

Persahabatan Kiro dan Kuji

 


Di sebuah danau jernih yang terletak di tengah hutan, hiduplah dua sahabat baik: seekor kura-kura bernama Kiro dan seekor siput bernama Kuji. Mereka selalu bersama, bermain, bercerita, dan saling menjaga. Meski berbeda, keduanya merasa cocok karena sama-sama penyabar dan suka hidup tenang.

Suatu pagi, Kuji tiba-tiba ingin melihat suasana di luar hutan. Ia pun berpamitan pada sahabatnya.

“Kiro, aku izin keluar sebentar ya,” kata Kuji dengan lembut.
“Kau mau ke mana, Kuji?” tanya Kiro penasaran.
“Aku hanya ingin jalan-jalan sebentar, melihat suasana hutan. Nanti aku pasti kembali,” jawab Kuji menenangkan.
Kiro menatapnya khawatir. “Apakah kau bosan tinggal bersamaku?”
Kuji tersenyum. “Tentu tidak, Kiro. Kau sahabat terbaikku. Aku hanya ingin sedikit berkeliling saja.”
Kiro akhirnya mengangguk. “Baiklah, kalau begitu hati-hati di jalan, dan cepatlah kembali. Aku akan menunggumu di danau.”
“Terima kasih, Kiro. Sampai nanti!” balas Kuji riang.

Kuji pun berjalan santai menyusuri jalan hutan. Ia menikmati udara sejuk dan kicau burung. Namun, suasana tenang itu terusik ketika tiba-tiba muncul seekor Kodok yang terkenal suka mengadu domba.

“Hai, siput lamban! Siapa namamu?” ejek Kodok sambil tertawa.
“Namaku Kuji,” jawab Kuji sopan.
“Kuji? Hm… apakah kau kenal kura-kura di danau itu?” tanya Kodok penuh tipu daya.
“Tentu, dia sahabatku, namanya Kiro,” jawab Kuji bangga.

Kodok menyeringai licik. “Kemarin aku bertemu Kiro. Dia bilang bosan berteman denganmu. Katanya kau kecil, lambat, dan membosankan.”

Kuji terdiam. Matanya berkaca-kaca. “Tidak mungkin Kiro berkata begitu…” bisiknya lirih.
“Sungguh, aku mendengarnya sendiri!” kata Kodok meyakinkan.

Kuji pun berjalan lesu. Hatinya dipenuhi keraguan dan sedih mendengar kebohongan Kodok.

Tak puas menipu Kuji, Kodok pergi menemui Kiro.
“Halo, Kiro! Sedang apa kau di sini?” sapanya berpura-pura ramah.
Kiro mengernyit curiga. “Kau tahu namaku dari mana?”
“Aku bertemu Kuji tadi. Dia bercerita banyak tentangmu,” jawab Kodok pura-pura serius. “Katanya kau pemalas, suka tidur, dan selalu merepotkannya. Dia bahkan senang kau tidak ikut jalan-jalan.”

Kiro terkejut. Hatinya sedih sekaligus bingung. Ia sempat bertanya-tanya, benarkah Kuji berkata begitu? Namun, rasa sayangnya pada sahabat membuatnya tak percaya sepenuhnya. Ia pun bertekad mencari Kuji untuk memastikan segalanya.

Di tengah perjalanan, akhirnya mereka bertemu.
“Hai, Kuji! Syukurlah aku menemukanmu,” sapa Kiro dengan wajah ceria.

Kuji ingin membalas, tapi hatinya masih teringat ucapan Kodok. Ia hanya diam.
Kiro melangkah mendekat. “Kuji, maafkan aku jika selama ini menyusahkanmu. Aku tak percaya begitu saja pada Kodok. Karena itulah aku mencarimu—aku tak ingin kehilangan sahabat terbaikku.”

Kuji menatap Kiro haru. “Jadi… kau juga bertemu dengan Kodok?”
“Iya. Katanya kau menjelek-jelekkan aku. Tapi aku tahu, kita selalu berbagi bersama. Aku percaya kau tak seperti itu,” jawab Kiro tegas.

Kuji tersenyum lega. “Berarti benar, Kodok hanya ingin mengadu domba kita.”
“Ya, Kuji. Dan persahabatan kita terlalu kuat untuk dipecah belah,” kata Kiro mantap.

Kuji pun berkata, “Terima kasih sudah percaya padaku, Kiro.”
Mereka berdua saling tersenyum, lalu berjalan kembali ke danau dengan hati riang.

Sementara itu, dari kejauhan, Kodok yang mengintip merasa kesal karena rencananya gagal. Namun, tanpa ia sadari, seekor ular besar muncul dari belakang semak. Dalam sekejap, Kodok pun tertangkap.

Danau kembali damai. Kiro dan Kuji bermain bersama lagi, dengan persahabatan yang semakin kuat karena mereka tahu: sahabat sejati selalu percaya dan saling menjaga. (Mujayanti)